Kelak, jangan
bercita-cita membelikan rumah untuk istrimu, bercita-citalah untuk tinggal
bersama dan hidup berbahagia dengannya selama-lamanya. Jangan berdoa ingin
membelikan kendaraan mewah untuk anak-anakmu, berdoalah agar kalian bisa pergi
bersama-sama, bertamasya atau berbelanja dengan bahagia. Jangan bermimpi ingin
memberangkatkan orangtuamu naik haji, bekerjalah sungguh-sungguh, lalu
berangkatlah kalian bersama-sama untuk berbahagia bisa bersujud di rumah tuhan
sebagai keluarga. Jangan berharap ingin masuk surga agar kelak bisa berbahagia,
masukilah surgamu hari inidengan bersyukur dan berbahagia – Fahd Djibran
Buku teranyar dari penulis Fahd
Djibran dengan tagline berumah dalam cinta di tangga menuju surga ini berisikan
kumpulan tulisan yang menceritakan sedikit tentang dirinya dan keluarganya
dengan tema rumah tangga. Bagaimana ia melalui 5 tahun kehidupan berumahtangga
dengan istrinya. Dimulai dari surat berisi pernyataan cinta dan keinginan
melamar kepada calon istri kemudian detik-detik saat ia akan melakukan ijab
qabul, pesan ayah untuknya sebagai calon suami, saat menanti kelahiran putra
pertama dan kedua, surat untuk putranya, pendapat tentang ibu penuh waktu dan
ibu bekerja, doa dan harapan untuk keluarganya bahkan pesan untuk adiknya yang
sebentar lagi akan menikah dan masih banyak hal menarik lain yang dapat diambil
pelajarannya.
Saya yang memang menyukai gaya
tulisan bapak dua anak ini kagum dengan tulisannya yang saya yakin bikin banyak
wanita di luar sana melted alias
meleleh terutama yang belum menikah menginginkan calon suaminya romantis macam
begini *menuliskan kata cinta penuh makna untuk istrinya. Ah itu sih pendapat
saya saja, sama seperti cantik yang katanya relatif tergantung orang lain yang
menilai begitu juga dengan romantis. Tapi boleh dong saya menyebut kalau yang
dilakukan bang fahd untuk istrinya ini adalah romantis.
Tulisan yang banyak diawali
dengan nama Rizqa, sang istri membuat pembacanya seperti membaca tulisan
tersebut untuk Rizqa atau mendengarkan cerita langsung dari sang penulis
layaknya teman membuat saya sebagai pembacanya merasa dekat layaknya dicurhati
seorang teman. Melalui buku ini saya belajar untuk menjadi romantis *eaaa
dilempar batu akik seember deh. Dari buku ini saya belajar bahwa sungguh surga
itu dekat, selain berada di telapak kaki ibu surga itu ada di rumah kita
sendiri, berada di antara keluarga tempat kita menyebutnya rumah untuk kembali
pulang. Maka tak perlu jauh-jauh mencarinya.
No comments:
Post a Comment