Wednesday, July 29, 2015

Rumah Tangga (Bukan Resensi)

Kelak, jangan bercita-cita membelikan rumah untuk istrimu, bercita-citalah untuk tinggal bersama dan hidup berbahagia dengannya selama-lamanya. Jangan berdoa ingin membelikan kendaraan mewah untuk anak-anakmu, berdoalah agar kalian bisa pergi bersama-sama, bertamasya atau berbelanja dengan bahagia. Jangan bermimpi ingin memberangkatkan orangtuamu naik haji, bekerjalah sungguh-sungguh, lalu berangkatlah kalian bersama-sama untuk berbahagia bisa bersujud di rumah tuhan sebagai keluarga. Jangan berharap ingin masuk surga agar kelak bisa berbahagia, masukilah surgamu hari inidengan bersyukur dan berbahagia – Fahd Djibran

Buku teranyar dari penulis Fahd Djibran dengan tagline berumah dalam cinta di tangga menuju surga ini berisikan kumpulan tulisan yang menceritakan sedikit tentang dirinya dan keluarganya dengan tema rumah tangga. Bagaimana ia melalui 5 tahun kehidupan berumahtangga dengan istrinya. Dimulai dari surat berisi pernyataan cinta dan keinginan melamar kepada calon istri kemudian detik-detik saat ia akan melakukan ijab qabul, pesan ayah untuknya sebagai calon suami, saat menanti kelahiran putra pertama dan kedua, surat untuk putranya, pendapat tentang ibu penuh waktu dan ibu bekerja, doa dan harapan untuk keluarganya bahkan pesan untuk adiknya yang sebentar lagi akan menikah dan masih banyak hal menarik lain yang dapat diambil pelajarannya. 

Saya yang memang menyukai gaya tulisan bapak dua anak ini kagum dengan tulisannya yang saya yakin bikin banyak wanita di luar sana melted alias meleleh terutama yang belum menikah menginginkan calon suaminya romantis macam begini *menuliskan kata cinta penuh makna untuk istrinya. Ah itu sih pendapat saya saja, sama seperti cantik yang katanya relatif tergantung orang lain yang menilai begitu juga dengan romantis. Tapi boleh dong saya menyebut kalau yang dilakukan bang fahd untuk istrinya ini adalah romantis.

Tulisan yang banyak diawali dengan nama Rizqa, sang istri membuat pembacanya seperti membaca tulisan tersebut untuk Rizqa atau mendengarkan cerita langsung dari sang penulis layaknya teman membuat saya sebagai pembacanya merasa dekat layaknya dicurhati seorang teman. Melalui buku ini saya belajar untuk menjadi romantis *eaaa dilempar batu akik seember deh. Dari buku ini saya belajar bahwa sungguh surga itu dekat, selain berada di telapak kaki ibu surga itu ada di rumah kita sendiri, berada di antara keluarga tempat kita menyebutnya rumah untuk kembali pulang. Maka tak perlu jauh-jauh mencarinya.  

No comments:

Post a Comment