Assalamu’alaikum
Bagaimana puasa hari ke 15
teman-teman? (yaa keles ada yang baca tulisan ini. Gapapa lah nulis mah nulis
aja. Perkara ada yang baca atau nggak mah urusan belakangan. hihi.) Insya Allah
di hari ke 15 ini sudah terbiasa ya menahan lapar dan haus di siang hari.
Mungkin ada juga yang sudah malas sahur? Wah jangan dong, waktu sahur kan waktu
yang penuh berkah meski sekedar minum segelas air usahakan tetap sahur ya.
Gimana dengan tarawihnya, jangan ditinggal dong. Kan kata pak Ustaz solat
tarawih di bulan Ramadhan merupakan amalan penghapus dosa. Masa gak mau dosanya
diampuni. Tetap semangat ya tarawihnya. *ini berasa lagi isi kajian di depan
anak-anak, kayak pernah aje padahal mah boro-boro :D
Ceritanya saya habis merenung
nih, saya alhamdulillah bekerja dengan waktu yang pasti di pagi hari sejak jam
8 sampai jam 5. Dengan tenang saya bisa
beribadah di malam hari, ya ikut tarawih di masjid, ya denger ceramah, ya
mengaji dan ibadah lainnya. (Semoga Allah melindungi saya dari sifat riya) *ini
dari mana riya’nya orang semua ibadahnya begitu. :D Saya membayangkan orang
lain yang justru harus terjaga di malam hari, tidak bisa ikut tarawih di masjid
padahal mungkin ingin sekali. Mereka yang malam hari masih harus bekerja
lembur, boro-boro mengaji sudah solat isya saja Alhamdulillah. Maka saya
menyebut diri saya sebagai puasa orang yang lapang.
Saat siang hari menjalankan
ibadah puasa, saya hanya bekerja di depan komputer dalam ruang ber-AC.
Pekerjaan saya jauh dari kata berat. Saya membayangkan orang lain yang harus bekerja
di tengah teriknya panas matahari seperti saat ini, bekerja banting tulang
menggunakan otot, bekerja menggunakan konsentrasi otak penuh, berangkat dan
pulang kerja menghadapi kemacetan, naik turun angkot sambil menghirup pengapnya
udara karena polusi asap kendaraan bermotor, ibu yang belanja dan memasak masakan
isitmewa untuk keluarga tercinta, muslim negara lain yang menghadapi cuaca tak
bersahabat, waktu puasa yang lebih dari 15 jam, bahkan tak diizinkan berpuasa
di negerinya sendiri. Maka saya menyebut diri saya sebagai puasa orang yang
lapang.
Sebagai orang yang berpuasa
dengan lapang, selain sekedar menyadarinya saya seharusnya malu pada puasa saya
jika hanya sekedar puasa menahan lapar dan haus. Saya juga seharusnya malu jika
target ramadhan yang saya targetkan di awal tak tercapai. Saya juga seharusnya
banyak bersyukur atas kelapangan ini. Bagaimana jika saya ditempatkan pada
posisi orang lain yang bagi saya tidak dalam waktu yang lapang berpuasa,
masihkah saya menjaga ibadah lainnya atau bahkan masihkah saya berpuasa.
Semoga Allah merahmati, memberi
pengampunan atas dosa-dosa, menghindarkan dari panasnya api neraka bagi muslim yang
tetap istiqomah berpuasa di tengah segala keterbatasannya. Dan semoga Allah memberi
hidayah, kekuatan, dan ilmu bagi muslim yang tak berpuasa karena ketidaktahuan
mereka atas bulan yang penuh berkah ini.