Mereka bilang saya imut padahal wajahku gak ada imut-imutnya apalagi baby face. Jauuuh.
Sebutan imut untukku mungkin kata halus dari kecil, pendek dan sodara-sodaranya. Hee -Su’uzon- sama orang-orang.
Tinggi Badanku memang tidak sampai 1,5 m alias 150 cm, hanya 141 cm. Seingatku angka segitu muncul sejak pertama ikut tes kesehatan di puskesmas dekat SMA buat daftar masuk kuliah. Dan angka itu pun selalu muncul saat saya mengukur tinggi badan untuk tes kesehatan di poliklinik kampus saat penerimaan mahasiswa baru, di puskesmas saat daftar CPNS sampai yang terakhir tes kesehatan di lembaga kesehatan untuk masuk kerja. Selalu 141, berarti gak nambah-nambah. Huhu.
Saya ingat saat pertama memasuki gerbang SMA, saya dikira mengantar kakak yang akan masuk sekolah. Saya juga dikira salah daftar masuk sekolah, karena lokasi SMP ada di sebelah SMA. Hadeuuh.
Saat saya masuk kuliah, hal yang sama terulang. Saya dikira anak SMA yang lagi jalan-jalan keliling lihat-lihat kampus.
Semasa kuliah, saya pernah jadi panitia penyambutan mahasiswa baru. Kemudian saya keliling melihat stand fakultas lain, eh saya malah dihampiri dan ditanya, “Diterima fakultas mana dek?”.
Pernah juga saya ngobrol sama teman yang juga bertubuh sama dengan saya, kami pun dihampiri dan ditanya “Sudah daftar asrama dek?”. Jyaaah, padahal yang nanya sepertinya seumuran.
Nah, saat sudah bekerja pun saya menerima celetukan karena ke-imut-an saya ini. “Wah, kamu kalau sudah besar nanti pasti cantik”. Astaga umur sudah seperempat abad begini disebut kalau sudah besar nanti.
No comments:
Post a Comment