Salam,
Buku teman imaji karya Mutia
Prawitasari ini bercerita tentang tokoh utama anak kota hujan, Kica. Kica yang
unik dalam bahasa halus yang mungkin kebanyakan orang menyebutnya aneh.
Bayangkan saja saat pertama masuk kuliah dan diberi tugas menulis 500 kata
essay tentang pemimpin dan dia hanya menulis 10 kata. Menurutnya pemimpin itu
ya seperti itu di matanya. Dia tak mau membual, memanjang-manjangkan supaya tak
kena hukuman push up. Unik. Pernah juga saat hujan di dalam bis kuning dia
menolong orang lain yang sandal jepitnya jatuh di air yang genangannya cukup
tinggi, padahal si empunya sendal saja sudah merelakannya. Unik kan. Dia juga
tak punya media sosial. Oya, bahkan dia lebih suka membuat kartu ucapan ulang
tahun menggunakan karton dihias tempel sana sini kemudian dikirim ke kantor
pos. Unik kalau tak enak menyebutnya aneh.
Novel yang banyak mengambil latar
belakang tempat di UI ini membuat saya seperti flashback ke masa kuliah
*saelah. Yah meski saya bukan anak ekonomi atau teknik, tapi lokasinya tak
asing bagi saya. Novel yang lembarannya banyak alias tebal ini sungguh gak bikin
saya bosan meski saya orang yang malas baca buku. Novel ini bikin lupa waktu
dan ingin segera menyelesaikannya karena penasaran dengan kisah Kica dan Banyu.
Gak percaya? Coba aja baca bukunya. Novel yang menggunakan banyak istilah Kica
yang asing tapi keren macam janji pelaut dan baju kejujuran ini juga menyajikan
kisah manis Kica dan Banyu yang akhirnya dipertemukan. Selain menikmati kisah
manisnya Kica dan Bayu, novel ini juga mengisahkan tentang persahabatan,
keluarga juga serunya kegiatan Kica di dalam dan luar kampus. Novel ini tambah
manis karena dilengkapi dengan lagu yang bisa didengarkan dari soundcloud milik
penulisnya.
Saya percaya kepada tiga macam jawaban doa. Pertama. Iya, boleh. Kedua, Iya, nanti. Ketiga. Iya, tapi yang lain. Jawaban doa selalu iya - Prawita Mutia
No comments:
Post a Comment