Berawal dari kata “awas kepala…
kepala”.
Kata-kata ini sering saya denger
dari supir angkutan umum untuk mengingatkan penumpangnya yang baru naik atau
akan turun dari mobil. Tidak semua supir, hanya beberapa saja. Awalnya hati
kecil saya berkata “Yaelah pak, ribet deh”. Apalagi saat saya sudah berada di
dalam dan sudah duduk dengan manis (ngaku ngaku).
Eh, namun suatu hari saat seorang
ibu muda akan menaiki mobil angkutan umum, terdengar suara JEDUK lumayan keras (plis
jangan ditambah DUK JEDAK JEDUK JEDAK JEDUK). Ternyata si ibu kejedot batas
atas pintu mobil. Sambil meringis kesakitan dan memegangi kepalanya, si ibu pun
berusaha masuk mobil dan duduk. Kasihan si ibu muda.
Sebenarnya, kalimat “Awas kepala…
kepala” adalah salah satu bentuk pencegahan dari terjadinya insiden kecelakaan
berupa kejedot pintu (Ini kata kejedot bahasa Indonesia yang baik dan benarnya
apa ya. Mikir). Menurut teori sewaktu kuliah dulu (saelah, sebenernya sih udah
bukan lupa memang gak inget aja jadi googling
deh) ada metode eliminasi, substitusi, rekayasa teknik dan pengendalian
administrasi untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Nah berikut analisis rada sok
tahu saya dalam kasus kejedot pintu angkot,
1. Metode eliminasi (alias menyingkirkan potensi bahaya), contoh kegiatannya tidak masuk angkot melalui tapi berdiri gelantungan di pintu angkot -> wah ini sih mengundang bahaya lainnya.
2. Metode substitusi (yang diartikan mengganti semua materi, proses), contoh tidak masuk angkot melalui pintu, tapi kan gak mungkin ya masa mau masuk angkot lewat jendela. Atau tidak naik angkot tapi naik taksi, tapi kan toh sama saja sama2 pintu mobil.
3. Rekayasa teknik (mendesain ulang peralatan kerja), contoh kegiatannya menambah bahan tambahan yang tidak keras pada batas pintu.
4. Pengendalian administrasi (kebijakan perusahaan), contoh kegiatannya menempelkan stiker awas kejedot pintu atau yang dilakukan supir baik hati yang sering saya temui yaitu berkata “AWAS KEPALA… KEPALA” saat ada penumpang yang akan naik/turun angkot.
1. Metode eliminasi (alias menyingkirkan potensi bahaya), contoh kegiatannya tidak masuk angkot melalui tapi berdiri gelantungan di pintu angkot -> wah ini sih mengundang bahaya lainnya.
2. Metode substitusi (yang diartikan mengganti semua materi, proses), contoh tidak masuk angkot melalui pintu, tapi kan gak mungkin ya masa mau masuk angkot lewat jendela. Atau tidak naik angkot tapi naik taksi, tapi kan toh sama saja sama2 pintu mobil.
3. Rekayasa teknik (mendesain ulang peralatan kerja), contoh kegiatannya menambah bahan tambahan yang tidak keras pada batas pintu.
4. Pengendalian administrasi (kebijakan perusahaan), contoh kegiatannya menempelkan stiker awas kejedot pintu atau yang dilakukan supir baik hati yang sering saya temui yaitu berkata “AWAS KEPALA… KEPALA” saat ada penumpang yang akan naik/turun angkot.
So… Terima kasih buat bapak supir
angkot yang sudah menerapkan K3 sederhana…
No comments:
Post a Comment