Berniat jalan-jalan di Jakarta?
Jangan lupa datang ke tempat-tempat berikut yaaa :D
Monumen Nasional
Terakhir kali masuk ke dalam
monas itu waktu masih SD, iye iye bener pas study tour dari sekolah. Itu pun
hanya sampai cawan tidak sampai puncaknya. Untuk masuk ke dalam Monas atau Monumen
Nasional itu bukan langsung masuk dekat gerbang yang mengelilinya, tapi ada
pintu masuk tersendiri. Tenang saja, ada penunjuk arahnya kok. Dengan biaya masuk
hingga puncak Rp 15000 untuk dewasa, RP 12000 untuk mahasiswa dan Rp 4000 untuk
pelajar, kita juga bisa melihat diorama yang ada di dalam Monas. Dengan
menggunakan lift kapasitas 11 orang menuju puncak, kita bisa melihat kota Jakarta dari ketinggian 115 meter.
Meski angin berhembus kencang, tidak menyurutkan langkah para pengunjung. Daripada
capek jalan kaki hingga ke gerbang pintu masuk Monas, yuk coba naik kereta wisata yang
disediakan gratis untuk pengunjung Monas.
Museum Nasional
Keluar dari pintu gerbang Monas depan Kementerian Pariwisata, saya dan keluarga menyebrangi halte untuk berjalan kaki menuju Museum Nasional. Begitu memasuki gedung museum
yang lebih dikenal dengan museum gajah ini, saya melihat banyak warga negara
asing yang juga akan memasuki museum. Dengan biaya masuk Rp 5000 untuk dewasa, kita dapat
melihat berbagai barang peninggalan sejarah. Dimulai dengan berbagai patung
arca kemudian benda-benda seperti keramik, alat musik, rumah adat, kain, manusia
prasejarah, koleksi emas yang ditata rapi
dan apik.
Bis City Tour
Menunggu dengan sabar di halte
depan Museum Nasional, akhirnya saya bisa menaiki bis city tour bis tingkat yang per tanggal saya posting tulisan ini tak berbiaya untuk keliling Jakarta sambil mendengarkan penjelasan dari pemandunya. Bis yang beken dengan nama #mpoksiti ini tidak berhenti di semua halte, hanya berhenti di halte dengan simbol city tour saja. Kita juga tidak harus turun di tempat kita naik, kita bisa turun di mana saja. Yang tidak boleh itu, berdiri di dalamnya serta masih tidak turun-turun juga padahal sudah satu putaran :D. Kita juga bisa saja pindah dari lantai dasar ke lantai atas jika kosong. Sayang saya tidak duduk di kursi paling depan, tapi saya sudah cukup sendang dengan duduk di di lantai atas.
Ragusa
Es krim italia yang sudah berdiri
sejak tahun 1932 ini ramai sekali saat jam makan siang. Bahkan saya dan
keluarga harus bergabung satu meja dengan orang lain. Tak apalah, demi
merasakan es krim ragusa tak perbengawet yang terkenal ini. Sambil menunggu pesanan es krim
datang, di depan tokonya ada yang menjajakan sate ayam, otak-otak dan rujak
cingur yang kita bisa pilih sebagai teman makan es krim.
Masjid Istiqlal
Masjid terbesar di Asia tenggara yang lokasinya
berseberangan dengan gereja Katedral ini ramai dikunjungi meski bukan saat waktu
shalat.
Pasar Baru
Pasar Baru yang terkenal dengan toko
sepatu dan kainnya ini sudah ada sejak tahun 1800an. Toko ini dinamakan pasar
baru karena menjual barang baru, berbeda dengan pasar yang sebelumnya ada yang
hanya menjual barang bekas. (Manggut-manggut, habis dengerin pemandu wisata di
bis city tour cerita).
No comments:
Post a Comment