Awalnya saya kira buku ini bukan
novel tapi buku non fiksi karya Asma Nadia yang lain seperti Jangan Jadi
Muslimah Nyebelin. Eh ternyata bukan ya, tapi novel ini sangat menarik untuk
dibaca, saya sampai gak pengen berhenti padahal jam sudah menunjukkan pukul 11
malam. Saya yang gak hobi baca en agak ngeri liat buku tebel ternyata betah
juga berlama-lama membaca novel ini.
Novel ini mengisahkan pencarian
ibu kandung oleh gadis remaja bernama Cinta yang haus kasih sayang ibu. Meski
dia sebenarnya sudah punya Ibu dan saudara tiri, tetapi hal itu tidak membuat
kerinduan pada sosok ibunya hilang.
Kisah pertengkarannya dengan Ayah
yang menutupi cerita tentang ibu kandung Cinta, pribadi Mbok nah yang selalu
siap sedia membantu non Cinta menghadapi masalah, Mama yang merupakan ibu
tirinya yang seakan menganggap Cinta tidak ada. Tak lupa Anggun dan Cantik, dua
saudara tirinya yang selalu saja memberi masalah pada Cinta. Kisah persahabatan
Cinta di sekolah dengan Neta dan Aisyah. Tak lupa bumbu suka-sukaan dengan tetangga baru
Makky yang khas kisah remaja.
Menurut saya, membaca novel ini
seperti sedang menonton film. Saya membayangkan seperti apa sosok pemeran
utamanya, pemeran pembantunya serta latar tempat dan waktu novel ini
diceritakan. OK, saya memang penggemar nonton film apalagi FTV *ya ketauan deh.
Quote yang paling saya ingat
dalam novel ini adalah “Ketika harapan begitu tipis. Ketika fisik begitu lelah.
Ketika sebagai hamba, merasa tak berdaya. Ketika sekeliling begitu gelap dan
tanpa cahaya. Ketika itu hanya Allah yang bisa member harapan” saat Cinta sudah hampir putus asa mencari jejak ibu kandungnya di Yogyakarta. Serta “Seburuk
apapun yang kamu lakukan, ingatlah kamu menyandang nama Muhammad” yang
merupakan pesan dari ayah Makky tentang namanya. Yap saya pun jadi punya niat
memberi nama Muhammad kelak pada putra saya *jyah kaya sudah menikah saja,
mohon doanya :D.
endingnya merusak deh. qiqiqiqqq :p
ReplyDeleteItu justru klimaksnya, mohon doa agar segera menikah. Hahaha
ReplyDelete