Monday, January 26, 2015

Cerita Perjalanan Umroh (Bagian 1)

Salaaam

Cerita perjalanan umroh saya kali ini tentang drama apa aja sih yang terjadi dari mulai persiapan sampai kembali lagi ke Jakarta yang saya ingat, maklum tidak dicatat hanya diingat-ingat jadi kalau ada salah harap maklum ya sobat.

Drama Episode 1 (Mahrom Di Mana Mencarimu?)
Awalnya dalam grup ini dihuni oleh mayoritas wanita, padahal wanita single di bawah usia 45 tahun harus punya mahrom jika ingin pergi umroh. Maka kami pun harus cari teman pria yang mau pergi umroh murah dan tidak lagi menerima peserta wanita. Syukurlah persiapan grup ini sejak awal 2014, maka masih bisa cari teman bahkan cari jodoh dan akhirnya ada satu yang menikah dan mengajak pasangannya menjadi mahrom umrohnya. Dari 20 peserta, ada 8 pria dan 12 wanita. Ada 3 peserta ibu-ibu di atas 45 tahun sehingga tidak perlu mahrom, 3 peserta wanita yang sudah ada mahromnya (suami dan saudara kandung). Jadi tinggal 6 peserta wanita yang single belum ada mahromnya. Syukurlah ada teman pria yang mengajak teman-temannya untuk umroh. Maka oleh petugas operatornya kami dibuatkan visa “ceritanya mahrom” agar tetap bisa pergi umroh. Dengan pesan dari operator selama pemeriksaan di imigrasi Jeddah peserta yang wanita tidak boleh jauh dari mahromnya serta peserta pria jangan sampai sakit karena bisa berimbas peserta wanita tidak bisa umroh juga.

Drama Episode 2 (Bangkok, Here We Come)
Beberapa bulan sebelum keberangkatan, kami yang sudah punya tiket JKT-BKK tanggal 24 Desember dikirimi email bahwa jadwal dimajukan menjadi tanggal 22 Desember. Kalau saya sih senang-senang saja berarti ada kesempatan jalan-jalan di Bangkok, hore. Allah maha baik banget ya, niatnya hanya umroh saja via Bangkok malah bisa bermalam n jalan-jalan di Bangkok. Yang agak bikin repot adalah akankah saya dan teman lain yang bekerja bisa dapat izin libur lebih lama. Bayangin aja umrohnya sendiri aja sudah 12 hari udah gitu jadwal terbang dimajuin berarti kan tambah lama izinnya. Dan berarti juga harus cari tempat penginapan n nambah bekal selama tinggal di Bangkok. Pada akhirnya sih, yang kerja dapet aja kok izinnya kan mau ibadah, ada juga yang memilih mundur dari pekerjaannya. Dan kami pun menikmati jalan-jalan di Bangkok, bonus perjalanan sebelum umroh. Hore eh alhamdulillah *versi senang soleha.


di depan istana mmm entahlah :P

Drama Episode 3 (Visa oh Visa)
Tak terasa bulan Desember tiba, maka kami pun harus melakukan pendaftaran visa umroh yang hanya bisa dilakukan dua minggu sebelum keberangkatan. Menurut operator kami, sekarang sedang peak season, selain karena musim liburan alasan lainnya adalah Desember adalah waktu baru dibukanya pendaftaran umroh setelah haji selesai jadi intinya ramai  yang akan pergi umroh. Kekhawatiran bertambah karena ada grup lain yang ternyata visanya tidak bisa keluar padahal sudah harus berangkat di awal Desember. Selain itu ada beberapa orang yang harus berangkat tanggal 20 Desember ke Bangkok tapi visa umroh belum jelas kepastiannya dapet atau nggak di tanggal 18 Desember. Hanya Allah saja yang bisa memberi pertolongan, maka kami harus perkuat doa-doa kami begitu pesan dari petugas operator yang sudah banyak membantu. Di tanggal 19 Desember dua teman kami yang memang sejak awal sibuk mengurusi perjalanan umroh kami harus menunggu dari sore sampai dini hari kepastian turunnya visa, tidak bisa menunggu besok pagi karena ada 3 orang yang harus berangkat tanggal 20 Desember jam 6 pagi. Alhamdulillah itu visa akhirnya keluar meski harus menunggu sampai jam 1 malam di kantor operator, terima kasih banyak bapak operator, semoga Allah balas kebaikannya yaaa.
            
Drama Episode 4 (Buang Saja Isi Kopermu)
Saat keberangkatan tepatnya pas check in dari Jakarta ke Bangkok di terminal 2D, kami saling membandingkan besaran koper masing-masing. Nah, koordinator grup bilang ke mamanya “Ma, kopernya berat nih. Nanti buang-buangin aja isinya” dengan maksud bercanda supaya muat bawa oleh-oleh banyak nanti. Dan eng..ing..eng.. ketika sudah sampai Jeddah, koordinator grup kehilangan kopernya loh. Muter sana sini cari koper gak ketemu juga padahal sudah minta bantuan petugas bandara. Tapi ada satu koper dengan ciri yang sama, merk dan warnanya serta ada tag tas yang nunjukin penerbangannya dari Bangkok n Mumbai juga (secara kita transit di Mumbai). Kami pun berkesimpulan ada orang yang salah mengenali kopernya dan akhirnya mengambil koper teman saya. Tapi meski kopernya gak ada di Madinah, temen saya itu tetep ngehits kok bajunya selain bisa pinjam baju ibunya tentu saja dia juga beli abaya baru. Alhamdulillah dasar rejeki anak solehah ya temen saya itu, ada SMS masuk ke HPnya mengabarkan bahwa kopernya ada di Mekkah di tempat nginep yang salah bawa koper. Jadi kopernya aman dan gak jadi hilang.


Kumpulan koper kami

Drama Episode 5 (Check In Check Out, Bagasi In and Out)
Episode ini saya yakin bakal jadi kenangan sepanjang masa buat kami yang berangkat bersama dari Jakarta menuju Bangkok pagi itu. Bermodal pesan dari teman yang sudah berangkat beberapa hari sebelumnya untuk kumpul jam 3 pagi di bandara meski pesawat jam 7 pagi baru berangkat. Karena ramai orang liburan dan maskapai singa itu rada lelet bukanya padahal seharusnya counter check in sudah buka dua jam sebelum take off. Kita sih sudah berdiri di barisan terdepan counter tapi kalau counternya belum buka, buat apaaa. Sambil asik mengobrol dan bercanda sana sini dan ketawa haha hihi akhirnya tibalah waktunya kita check in sambil mengukur berat bagasi. Empat dari 5 orang yang harus check in di antara kami sudah lolos memasukkan bagasi yang harus 15 kg atau lebih dikit gak papa lah ya. Giliran teman saya yang terakhir, ternyata berat bagasinya 21.6 kg *hapal. 

Kelebihan bagasi sekitar 6 kg ini selain bikin kaget get get yang punya koper sendiri juga bikin kaget yang lain sampai bengong n bingung harus bantu apa sudah gitu orang-orang yang antri di belakang banyak yang nyeletuk marah karena waktu mepet take off sedangkan kita adalah orang yang antri paling depan. Sambil tanya berapa harus bayar kelebihan bagasi yang per kilonya ternyata 200 rebu *We O We dan cek sana sini akhirnya teman saya buru-buru buka kopernya n ngeluarin isinya supaya itu koper 15 kg. Kalau saya inget-inget kejadian itu, saya bener-bener gak berani nengok ke belakang loh haha ngeriii dengerin celetukan penumpang yang lain. Terus ke mana 6 kg kelebihan kopernya? dishare dong ke yang lain yang pada pakai tas gendong. That’s what friends are for kan, berbagi gak cuma suka duka tapi juga isi koper yang tadinya sudah rapih sedemikian rupa.



Koper dan tag tas Ngetengmania

No comments:

Post a Comment