“Tuhan, aku tahu
kecantikan bukanlah tentang apa yang orang-orang lihat dari diriku, tetapi
tentang kebaikan yang mereka rasakan dari sikap hidupku, maka buatlah mereka
selalu merasa bahagia atas kehadiranku dan merindukanku saat-saat kepergianku.
Getar rasa dalam dada, getar cinta dalam kata maka biarlah hanya cinta yang
terucap dari bibirku… Lalu bila mereka bahagia mendengar kisah-kisahku dan bila
kisah itu melapangkan hidup mereka dan meringankan bebannya, sesungguhnya aku
hanya perempuan biasa yang ingin berbagi kebaikan.”
“Kaulah
kecintaanku, Tuhanku, sumber kebahagiaan hidupku, lalu mengapa aku harus
mendatangi-Mu dengan perasaan yang sedih? Sungguh, kini aku mengherani diriku
sendiri mengapa selama ini aku justru mendatangi-Mu di saat-saat sedih dalam
hidupku. Maka, terimalah doaku, Terimalah keseluruhan diriku, inilah aku yang
bahagia menjadi bagian maha kecil dari keseluruhan diri-Mu!”
“Tuhan, aku
bukanlah perempuan yang baik, tetapi bila ada satu-dua kebaikan yang pernah aku
kerjakan, dan jika itu memang pantas diberi pahala, ambillah pahalaku! Jika
boleh, aku ingin menukarnya dengan kebahagiaan lain untuk kedua orang tuaku,
keluargaku dan orang yang selama ini menyayangi maupun membenciku. Sayangilah
mereka, bahagiakanlah mereka. Tak perlu lagi Kau memberiku apapun dan aku
memang tak ingin meminta apapun untuk hidupku sendiri, cukuplah bagiku
mencintai-Mu tanpa keinginan-keinginan yang merantai ketulusanku dalam
mencintai-Mu. Sisanya, bila Kau memang memaksaku dalam ruang-ruang permohonan
yang ingin Kau kabulkan; bahagiakanlah orang tua dan keluargaku, orang-orang
yang menyayangi dan membenciku.”
No comments:
Post a Comment